Istanbul United: Saat Penggemar Sepakbola Bersatu Melawan Penguasa
28 Mei, 2014, Gezi Park Movement merayakan ulang tahunnya yang kedua. Aksi yang berlangsung selama kurang lebih satu bulan ini diawali oleh protes sekelompok pecinta lingkungan di Istanbul terhadap pembangunan replika barak militer Ottoman di Taman Gezi. Masalahnya, Taman Gezi adalah satu dari area terbuka hijau yang hanya sedikit tersisa di Istanbul. Beredar kabar bahwa tidak hanya replika barak militer yang akan dibangun disana, melainkan juga pusat perbelanjaan.
Berbagai sumber mengklaim bahwa rencana perubahan peruntukkan Taman Gezi dilakukan terlalu cepat, tidak dikonsultasikan kepada publik, dan tanpa adanya diskusi secara terbuka. Pendekatan dengan cara kekerasan yang dilakukan oleh polisi menyebabkan aksi protes ini menyebar ke berbagai kota di Turki.
Seiring dengan berjalannya waktu, protes ini meluas menjadi protes anti pemerintah. Berbagai kalangan, mulai dari pelajar, akademisi, hingga kelompok masyarakat sipil mengungkapkan kekecewaannya terhadap pemerintahan Perdana Menteri Reccep Tayyip Erdogan (yang saat ini menjadi Presiden Turki).
Aksi protes ini sebenarnya merupakan puncak kekecewaan masyarakat Turki kepada pemerintah. Setelah Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) memenangi Pemilihan Umum 2002, ekonomi dan politik Turki bisa dibilang stabil, tidak ada pergolakan hingga 2012. Setelah masa-masa ketenangan itu berlalu, Erdogan mulai menunjukkan sisi negatifnya dengan menerapkan kebijakan otoriter.
Pada 2013, Freedom House, organisasi nirlaba yang berpusat di Washington, Amerika Serikat, mengeluarkan laporan mengenai tingkat kebebasan pers di Turki. Hasilnya, Turki ditetapkan sebagai negara partly free. Salah satu alasannya karena pada 2012, Turki menjadi negara yang paling banyak memenjarakan jurnalis yang mengkritik kebijakan pemerintah. Pun dengan lawan-lawan politik yang menjadi target penangkapan sewenang-wenang atas sikap kritis mereka.
Didukung Kelompok Suporter
Salah satu elemen masyarakat yang berpartisipasi dalam aksi protes tersebut adalah para penggemar sepakbola di Istanbul, khususnya kelompok suporter Besiktas, Fenerbahge, dan Galatasaray. Aksi tersebut umumnya dilakukan secara spontan, dengan membawa atribut kesebelasan masing-masing.
Di antara ketiganya, kelompok suporter Besiktas menjadi yang terbanyak, diikuti oleh Fenerbahge, dan Galatasaray. Sebagian besar kelompok supoter Galatasaray tidak mengikuti aksi protes ini karena ketua suporter mereka dekat dengan Erdogan dan Partai AKP. Meskipun demikian, hal itu tidak mencegah suporter Galatasaray lainnya untuk bergabung dengan penggemar Besiktas dan Fenerbahge.
Tak terbayangkan sebelumnya bahwa mereka yang biasanya saling menjadi musuhan satu sama lain di lapangan, tiba tiba dipersatukan oleh aksi protes menentang pemerintah. Aksi kolaborasi itu mereka sebut sebagai Istanbul United. Aksi tersebut kemudian didokumentasikan yang diangkat menjadi film dokumenter oleh sutradara Olli Waldhauer dan Farid Eslam dengan judul Istanbul United.
28 Mei, 2014, Gezi Park Movement merayakan ulang tahunnya yang kedua. Aksi yang berlangsung selama kurang lebih satu bulan ini diawali oleh protes sekelompok pecinta lingkungan di Istanbul terhadap pembangunan replika barak militer Ottoman di Taman Gezi. Masalahnya, Taman Gezi adalah satu dari area terbuka hijau yang hanya sedikit tersisa di Istanbul. Beredar kabar bahwa tidak hanya replika barak militer yang akan dibangun disana, melainkan juga pusat perbelanjaan.
Berbagai sumber mengklaim bahwa rencana perubahan peruntukkan Taman Gezi dilakukan terlalu cepat, tidak dikonsultasikan kepada publik, dan tanpa adanya diskusi secara terbuka. Pendekatan dengan cara kekerasan yang dilakukan oleh polisi menyebabkan aksi protes ini menyebar ke berbagai kota di Turki.
Seiring dengan berjalannya waktu, protes ini meluas menjadi protes anti pemerintah. Berbagai kalangan, mulai dari pelajar, akademisi, hingga kelompok masyarakat sipil mengungkapkan kekecewaannya terhadap pemerintahan Perdana Menteri Reccep Tayyip Erdogan (yang saat ini menjadi Presiden Turki).
Aksi protes ini sebenarnya merupakan puncak kekecewaan masyarakat Turki kepada pemerintah. Setelah Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) memenangi Pemilihan Umum 2002, ekonomi dan politik Turki bisa dibilang stabil, tidak ada pergolakan hingga 2012. Setelah masa-masa ketenangan itu berlalu, Erdogan mulai menunjukkan sisi negatifnya dengan menerapkan kebijakan otoriter.
Pada 2013, Freedom House, organisasi nirlaba yang berpusat di Washington, Amerika Serikat, mengeluarkan laporan mengenai tingkat kebebasan pers di Turki. Hasilnya, Turki ditetapkan sebagai negara partly free. Salah satu alasannya karena pada 2012, Turki menjadi negara yang paling banyak memenjarakan jurnalis yang mengkritik kebijakan pemerintah. Pun dengan lawan-lawan politik yang menjadi target penangkapan sewenang-wenang atas sikap kritis mereka.
Didukung Kelompok Suporter
Salah satu elemen masyarakat yang berpartisipasi dalam aksi protes tersebut adalah para penggemar sepakbola di Istanbul, khususnya kelompok suporter Besiktas, Fenerbahge, dan Galatasaray. Aksi tersebut umumnya dilakukan secara spontan, dengan membawa atribut kesebelasan masing-masing.
Di antara ketiganya, kelompok suporter Besiktas menjadi yang terbanyak, diikuti oleh Fenerbahge, dan Galatasaray. Sebagian besar kelompok supoter Galatasaray tidak mengikuti aksi protes ini karena ketua suporter mereka dekat dengan Erdogan dan Partai AKP. Meskipun demikian, hal itu tidak mencegah suporter Galatasaray lainnya untuk bergabung dengan penggemar Besiktas dan Fenerbahge.
Tak terbayangkan sebelumnya bahwa mereka yang biasanya saling menjadi musuhan satu sama lain di lapangan, tiba tiba dipersatukan oleh aksi protes menentang pemerintah. Aksi kolaborasi itu mereka sebut sebagai Istanbul United. Aksi tersebut kemudian didokumentasikan yang diangkat menjadi film dokumenter oleh sutradara Olli Waldhauer dan Farid Eslam dengan judul Istanbul United.
Comments
Post a Comment